Madiun memiliki destinasi wisata yang gak kalah menarik. Salah satunya wisata religi yang sekaligus tercatat sebagai cagar budaya.
Tempat ini dikenal dengan nama Masjid Sewulan yang berasal dari dua suku kata dalam bahasa Jawa, yakni sewu dan wulan. Dalam bahasa Indonesia, artinya seribu bulan.
Dua kata itu identik dengan Ramadan. Sebab, Ramadan memiliki satu hari yang setara dengan seribu bulan atau biasa dikenal sebagai Lailatul Qadar. Sesuai namanya, masjid kuno yang berlokasi di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, ini memang dibangun pada bulan puasa tahun 1742 Masehi.
1. Dulunya merupakan tanah perdikan dari Paku Buwono II
IDN Times/Nofika Dian NugrohoPemerhati budaya di Desa Sewulan, Muh. Baidowi, mengatakan pendiri masjid itu adalah R.M. Bagus Harun atau Kiai Ageng Basyariyah. Tokoh ini merupakan Keturunan ke-13 Prabu Brawijaya V yang diberi hadiah oleh Paku Buwono II di Kartosuro, karena berhasil merebut kekuasaan dari tangan pemberontak tentara Tionghoa.
Berkat keberhasilannya itu, Bagus Harun mendapat hadiah berupa tanah perdikan (bebas pajak) dari Paku Buwono II dengan luas sekitar 1.000 hektare. Bagus Harun merupakan murid Kiai Ageng Besari dari Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo.
“Karena beliau (Bagus Harun) seorang ulama, maka bangunan yang didirikan pertama adalah masjid ini,” ujar Baidowi.
2. Bentuk bangunan memiliki nilai filosofis tinggi

Masjid Sewulan memiliki bentuk bangunan yang tidak mengalami banyak perubahan sejak awal dibangun hingga sekarang. Atapnya berbentuk limas bertingkat tiga yang sama dengan masjid kuno Islam Nusantara lain, seperti masjid Agung Demak.
Adapun nilai filosofis dari limas berundak tiga, kata Baidowi, yakni penggambaran dari iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut dia, iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan itu kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan, pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT.
Sedangkan, dari sisi tiang atau pilar penyangga berjumlah empat di bawah atap merupakan kiasan dari level perjalanan spiritual dalam Islam, yakni Syariat, Tarekat, Hakekat, dan Makrifat. “Sebagian besar bangunan ini masih asli, yang diganti hanya bagian genteng saja,” ujar Baidowi.
3. Kerap dikunjungi sebagai lokasi wisata religi
IDN Times/Nofika Dian NugrohoTingkat kunjungan di Masjid Sewulan selama Ramadan mengalami peningkatan. Selain untuk beribadah, mereka juga berziarah ke Makam M. Bagus Harun atau Kiai Ageng Basyariyah dan keturunannya di samping masjid. Sejak tahun 2004, kompleks itu masuk ke dalam cagar budaya.
“Ada kelompok pengajian yang ke sini untuk salat kemudian ziarah setiap malam Jumat. Tapi, ada pula yang punya niat pribadi seperticaleg sebelum Pemilu,” ujar pria yang bekerja sebagai staf di Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun itu.
0 Response to "Madiun memiliki destinasi wisata yang gak kalah menarik"
Post a Comment