1 BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramikos yang berarti barang yang terbakar yang dapat diartikan bahwa untuk memperoleh sifat sifat yang diinginkan material ini harus melalui proses perlakuan panas pada temperatur tinggi yaitu proses pembakaran. Bahan keramik secara garis besar dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelas besar seperti ditunjukkan pada gambar 40 di bawah ini. A. Kaca (Glass) Gambar 40. Klasifikasi Bahan Keramik menurut pemakaiannya Kaca akan dibahas lebih detail pada bab VI. B. Produk produk Tanah Liat (Clay Products) Bahan mentah keramik yang banyak dikenal orang adalah tanah liat. Tanah liat dapat diperoleh dengan mudah di alam atau di tambang tanpa memerlukan proses yang rumit. Alasan lain mengapa tanah liat sangat populer adalah karena 68
2 mudah dibentuk. Campuran tanah liat dan air akan membentuk bahan yang bersifat plastis sehingga mudah dibentuk. Bentukan yang sudah jadi dikeringkan untuk mengurangi kadar air setelah itu dibakar pada temperatur tinggi untuk meningkatkan kekuatan mekaniknya. Sebagaian besar produk produk tanah liat dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelas besar yaitu produk tanah liat struktural (structural clay products) dan perabotan keramik (whitewares). Produk tanah liat struktural adalah produk tanah liat yang dipakai untuk mendukung struktur pada bangunan atau gedung meliputi batu bata, keramik lantai, dan pipa pembuangan air. Perabotan keramik meliputi porselin, tembikar (gerabah), peralatan makan, alat alat sanitasi, keramik cina. Perabotan keramik ini berwarna putih karena proses pembakaran pada temperatur tinggi. C. Bahan Tahan Api (Refractory) Kelas keramik yang lain adalah keramik tahan api (refractory ceramic). Keramik tahan api ini mampu tahan pada temperatur tinggi tanpa meleleh dan mengalami perubahan komposisi kimia. Keramik tahan api biasanya digunakan sebagai bahan isolator panas pada dinding dapur pemurnian logam, proses produksi kaca, dan pembangkit tenaga listrik. Secara umum refraktori dibagi menjadi beberapa kelas seperti ditunjukkan pada tabel 14. Tabel 14. Bahan Refraktori 69
3 1. Refraktori Tanah Liat Tahan Api (Fireclay Refractory) Unsur utama pembentuk refraktori tanah liat tahan api adalah tanah liat murni, campuran alumina(al 2 O 3 ) dan silika(sio 2 ) yang biasanya mengandung alumina sebesar antara 25 45% berat. Refraktori ini mampu tahan sampai suhu 1587 C(2890 F). Contoh refraktori tanah liat tahan api yang sering digunakan adalah batu bata tahan api. Batu bata ini biasanya digunakan sebagai bahan dinding konstruksi dapur peleburan logam. 2. Refraktori Silika (Silica Refractory) Bahan utama penyusun refraktori silika atau biasa dikenal juga sebagai refraktori asam adalah silika. Bahan ini mampu tahan sampai temperatur 1650 C(3000 F). Biasanya material ini digunakan sabagai bahan atap pada dapur pembuatan baja dan kaca. 3. Refraktori Basa (Basic Refractory) Refraktori ini kaya akan periclase atau magnesia (MgO). Selain itu mereka juga mengandung unsur kalsium, kromium, dan besi. Bahan ini banyak digunakan pada pembuatan dapur peleburan baja open hearth. 4. Refraktori untuk Kebutuhan Khusus (Special Refractory) Keramik yang termasuk dalam kelompok ini keramik berbahan dasar alumina, silika, magnesia, beryllia (BeO), zirconia (ZrO 2 ), dan mullite (3Al 2 O 3 2SiO 2 ). Refraktori untuk kebutuhan khusus biasanya sangat mahal harganya. 70
4 D. Bahan Abrasif (Abrasives) Keramik abrasif digunakan sebagai bahan amplas untuk menghaluskan, menggerinda, atau memotong material. Untuk kebutuhan ini maka keramik abrasif harus memiliki sifat tahan terhadap keausan dan tidak mudah patah. Termasuk dalam keramik abrasif antara lain karbida silikon, karbida tungsten (WC), aluminium oksida (corundum)n pasir silika, dan intan baik yang alami atau sintetis. E. Proses Fabrikasi Produk produk Tanah Liat Mineral tanah liat memegang dua peranan penting pada produk produk tanah liat. Pertama, ketika air ditambahkan, mereka menjadi sangat plastis. Kondisi ini dikenal dengan istilah hydroplasticity. Sifat ini sangat penting di dalam proses pembentukan. Di samping itu, tanah liat dapat memadat selama proses pembakaran sehingga akan dihasilkan produk tanah liat yang padat dan kuat. Tanah liat adalah material aluminosilikat yang tersusun dari alumina (Al 2 O 3 ) dan silika (SiO 2 ) yang diikat menggunakan air. Unsur pengotor pada tanah liat adalah (dalam bentuk oksida) barium, kalsium, sodium, potasium, dan besi. Dua metode umum yang dikenal pada proses pembentukan tanah liat adala hydroplastic forming, slip casting, dan powder pressing. 1. Hydroplastic Forming Seperti telah disebutkan di atas, mineral tanah liat ketika dicampur dengan air akan menjadi plastis dan mampu dicetak dengan mudah tanpa mengalami keretakan. Di samping itu mereka memiliki tegangan luluh yang sangat rendah. Perbandingan tanah liat air ini harus dijaga agar memberikan tegangan luluh yang cukup kuat sehingga mereka tidak berubah bentuk selama proses pengerjaan dan pembakaran. Proses pembentukan hydroplastis yang dikenal secara umum adalah ekstrusi, yaitu bahan keramik yang telah mengeras ditekan melalui suatu cetakan yang 71
5 diinginkan seperti ditunjukkan pada gambar 41 berikut ini. Batu bata, pipa, blok keramik, dan ubin adalah contoh produk yang umumnya dihasilkan dari proses pembentukan hydroplastik. Gambar 41. Proses Ekstrusi 2. Slip Casting Proses pembentukan tanah liat yang lain adalah slip casting. Prinsip pada proses slip casting adalah mengatur kandungan air di dalam tanah liat. Ketika tanah liat dituang ke dalam cetakan berpori (biasanya terbuat dari bahan plastik paris), air dari dalam tanah liat diserap oleh cetakan meninggalkan lapisan padat pada dinding cetakan dengan ketebalan yang diinginkan. Ketebalan tanah liat tergantung pada lamanya waktu penyerapan air. Proses ini diteruskan sampai tanah liat di dalam cetakan menjadi padat seluruhnya. Proses ini dikenal sebagai solid casting (gambar 42a). Atau dapat juga proses tersebut dihentikan ketika telah terbentuk dinding tanah liat dengan ketebalan yang diinginkan dengan cara membalik cetakan untuk membuang tanah liat yang berlebih. Cara ini dikenal dengan istilah drain casting (gambar 42b). 72
6 Gambar 42. Slip Casting 3. Powder Pressing Metode pembentukan keramik yang lain adalah powder pressing. Metode banyak dipakai untuk memproduksi komponen komponen elektronik. Pada powder pressing, bubuk keramik dipadatkan di dalam suatu cetakan logam dengan menggunakan tekanan seperti ditunjukkan pada gambar 43. Semua proses pembentukan keramik baik hydroplastic forming, slip casting dan powder pressing harus dilanjutkan dengan proses pengeringan dan pembakaran untuk memperkuat keramik. Proses pengeringan dan pembakaran dapat memanfaatkan sinar matahari atau menggunakan oven. 73
0 Response to "BBAB V KERAMIK"
Post a Comment